Menutup 2014
When Thing go wrong as they sometimes will
When the road you're trudging seems all uphill
when the funds are low and the debts are high
and you want to smile but you have to sigh
when care is pressing you down a bit
rest if you must, but don't you quit
Yang paling 'ajaib' dari tahun 2014 ini adalah: saya tidak pernah absen posting satu bulanpun! Coba lihat archives saya di side kanan blog ini. Lengkap kap kap. Mulai January 2014 sampai December 2014 semuanya ada postingan. Ouch, "PBSK nak. Papa Bangga Sama Kamu!!" *diucapkan dengan intonasi Bebi Romeo*
Hahaha... Tahun 2014 ini memang super-duper-campur-aduk yak. Banyak ambisi, impian, whatsoever yang nggak kesampean.
Impian yang "standar" aja. Pengin traveling. Tapi, yang JAUH. Luar negeri lah, minimal. Karena saya suka terkiwir-kiwir bin envy maksimal saban baca postingan para travel blogger. Ya ampuuun, mereka ini.. Tak tahukah, bahwa setiap postingan mereka siap menggoreskan siksaan di borok hatiku yang tak kunjung mengering? *lebay* Dan tahukah kalian, wahai para travel blogger, bahwa diriku menjelma menjadi 'sado-masochist wannabe'? Meskipun aku tahu bahwa postingan kalian sungguh menerbitkan luka-hati, tapi aku lihat lagi, aku browsing lagi, lagi dan lagi? *halah*
Ups. Kok jadi salah fokus gini sih? Eniwei, I don't know... bagaimana kudu memaknai 2014 ini. Am I really happy? Alhamdulillah, beberapa kali Allah anugerahkan kesempatan buat saya memenangi sejumlah kontes blog. Dua tulisan saya juga menembus media cetak mainstream. Tapi, entahlaah... saya merasa... hampa :) Ada satu ganjalan di sukma, yang sulit sekali tercongkel. Ia merintih, begitu menyayat, dan meninggalkan rasa yang... sulit terjabarkan dengan kata.
2014 ini mengajarkan kepada saya, bahwa 'Bahagia itu sama sekali bukan bersumber dari orang lain'. Terus menerus saya mengejar kebahagiaan berdasarkan ambisi yang saya rancang sendiri. Bahwa saya baru bisa bahagia bila menang ini, bahwa bahagia baru terbeli ketika saya meraih prestasi ini. Begituuuu... terus. Dan, saya menjelma laksana hamster, yang hanya (merasa) berlari, tapi sejatinya ia hanya berlari di tempat? Oh. Malangnya.
Lantas, sebuah teguran lembut mengenai pundak saya. Imajiner, tentu.
"Mungkin kamu mulai jauh dari Tuhan..."
"Tidak," saya menyangkal, cepat, "Saya sholat, saya puasa, saya zakat, saya sedekah...."
Si pencolek pundak --yang imajiner, itu-- menggeleng cepat. "Itu, mungkin hanya secara fisik. Coba cek hatimu. Sebongkah kalbu itu... pernahkah ia begitu intensnya menjalin komunikasi dengan Sang Pemilik Semesta? Apa yang berseliweran di otakmu manakala kau tunaikan ibadah-ibadah ritual?"
Lalu, aku mulai tersentak.
Entah-bagaimana-sholatku... Entah-bagaimana-kurasai-seluruh-sedekahku... Tercampuri riya'-kah di sana? Dan, tentu saja, di 2014 ini, akalku kacau balau, kusut-masai mem-filter mana yang harus aku percayai? Over-whelmed... terlalu banyak yang aku baca, yang aku cerna, dan aku tak sempat menekan tombol jeda. Sedetikpun.
"Jadi? Bagaimana akan kau atur 2015-mu?"
Aku menggeleng lemah. Maksiat-maksiat yang dulu tampak laksana sebutir debu, kini menjelma bongkahan tanah yang siap longsor.
Mulai ngeri membayangkan malaikat pencatat amal yang bersicepat menuliskan segala catatan burukku. Apa kabarnya amal-amal "baik" yang kukerjakan? Apakah dengan tragisnya, seluruh amal itu hangus begitu saja, laksana kayu yang dilalap api? Astaghfirullah....
Entah aku harus bagaimana menutup lembaran 2014 ini. Bersyukur atas segala prestasi, dan ingin menjejak langit yang lebih tinggi di 2015 :)
When the road you're trudging seems all uphill
when the funds are low and the debts are high
and you want to smile but you have to sigh
when care is pressing you down a bit
rest if you must, but don't you quit
Yang paling 'ajaib' dari tahun 2014 ini adalah: saya tidak pernah absen posting satu bulanpun! Coba lihat archives saya di side kanan blog ini. Lengkap kap kap. Mulai January 2014 sampai December 2014 semuanya ada postingan. Ouch, "PBSK nak. Papa Bangga Sama Kamu!!" *diucapkan dengan intonasi Bebi Romeo*
Hahaha... Tahun 2014 ini memang super-duper-campur-aduk yak. Banyak ambisi, impian, whatsoever yang nggak kesampean.
Impian yang "standar" aja. Pengin traveling. Tapi, yang JAUH. Luar negeri lah, minimal. Karena saya suka terkiwir-kiwir bin envy maksimal saban baca postingan para travel blogger. Ya ampuuun, mereka ini.. Tak tahukah, bahwa setiap postingan mereka siap menggoreskan siksaan di borok hatiku yang tak kunjung mengering? *lebay* Dan tahukah kalian, wahai para travel blogger, bahwa diriku menjelma menjadi 'sado-masochist wannabe'? Meskipun aku tahu bahwa postingan kalian sungguh menerbitkan luka-hati, tapi aku lihat lagi, aku browsing lagi, lagi dan lagi? *halah*
Ups. Kok jadi salah fokus gini sih? Eniwei, I don't know... bagaimana kudu memaknai 2014 ini. Am I really happy? Alhamdulillah, beberapa kali Allah anugerahkan kesempatan buat saya memenangi sejumlah kontes blog. Dua tulisan saya juga menembus media cetak mainstream. Tapi, entahlaah... saya merasa... hampa :) Ada satu ganjalan di sukma, yang sulit sekali tercongkel. Ia merintih, begitu menyayat, dan meninggalkan rasa yang... sulit terjabarkan dengan kata.
2014 ini mengajarkan kepada saya, bahwa 'Bahagia itu sama sekali bukan bersumber dari orang lain'. Terus menerus saya mengejar kebahagiaan berdasarkan ambisi yang saya rancang sendiri. Bahwa saya baru bisa bahagia bila menang ini, bahwa bahagia baru terbeli ketika saya meraih prestasi ini. Begituuuu... terus. Dan, saya menjelma laksana hamster, yang hanya (merasa) berlari, tapi sejatinya ia hanya berlari di tempat? Oh. Malangnya.
Lantas, sebuah teguran lembut mengenai pundak saya. Imajiner, tentu.
"Mungkin kamu mulai jauh dari Tuhan..."
"Tidak," saya menyangkal, cepat, "Saya sholat, saya puasa, saya zakat, saya sedekah...."
Si pencolek pundak --yang imajiner, itu-- menggeleng cepat. "Itu, mungkin hanya secara fisik. Coba cek hatimu. Sebongkah kalbu itu... pernahkah ia begitu intensnya menjalin komunikasi dengan Sang Pemilik Semesta? Apa yang berseliweran di otakmu manakala kau tunaikan ibadah-ibadah ritual?"
Lalu, aku mulai tersentak.
Entah-bagaimana-sholatku... Entah-bagaimana-kurasai-seluruh-sedekahku... Tercampuri riya'-kah di sana? Dan, tentu saja, di 2014 ini, akalku kacau balau, kusut-masai mem-filter mana yang harus aku percayai? Over-whelmed... terlalu banyak yang aku baca, yang aku cerna, dan aku tak sempat menekan tombol jeda. Sedetikpun.
"Jadi? Bagaimana akan kau atur 2015-mu?"
Aku menggeleng lemah. Maksiat-maksiat yang dulu tampak laksana sebutir debu, kini menjelma bongkahan tanah yang siap longsor.
Mulai ngeri membayangkan malaikat pencatat amal yang bersicepat menuliskan segala catatan burukku. Apa kabarnya amal-amal "baik" yang kukerjakan? Apakah dengan tragisnya, seluruh amal itu hangus begitu saja, laksana kayu yang dilalap api? Astaghfirullah....
Entah aku harus bagaimana menutup lembaran 2014 ini. Bersyukur atas segala prestasi, dan ingin menjejak langit yang lebih tinggi di 2015 :)
semoga di th 2015 nanti, kita akan semakin baik lagi ya... Aamiin.
BalasHapuswaah mbak emang rajin posting ya sampai gak pernah absen :)
BalasHapussemoga segala impiannya tercapai mbak,amin