Makin Bangga Jadi Blogger Zaman Now!
Makin Bangga Jadi Blogger Zaman Now!
Kalau nggak jadi Blogger, belum tentu aku dapat kesempatan
untuk menjadi “fasilitator” rezeki bagi orang lain. Kok bisa? Begini
ceritanya.
***
Di suatu siang yang biasa-biasa saja, ada notifikasi dari
WA-ku. Membahas tentang ibu Sum, tukang pijat pemilik panti asuhan yang aku ulas profilnya di Kompasiana.
Artikel yang aku tulis di Kompasiana, tentang Ibu Sumirah (tukang pijat yang punya panti asuhan)
“Ibu iki wes dapat umroh tah, Rul?”
Nomor pengirim belum ada di database ponselku. Ini siapa ya?
Trus, aku lihat profile picture-nya…. Ya ampuuun… ini kan Kemchi! *bukan nama
sebenernya*. Kemchi temenku kuliah di
ITS dulu!
“Ini Kemchi ya?”
“Sopo maneeeeh. Temenmu TC (siapa lagi? Temanmu di Teknik
Computer)”
“Ampun dijeeee…
Where have you been? Kagak ada kabar, mak bedunduk nanyain emak-emak pijet.
Kenapa? Mau pijit juga? :P”
“HEH!!”
“Ini kamu dapat link artikelku dari siapa? Jadi, gini lho
Kem. Aku kan sekarang jadi blogger. Ini lagi nulis sosok inspiratif. tentang
Ibu Sum, beliau salah satu kandidat umroh (dari salah satu perusahaan
asuransi), KALO MENANG :D. Tapi kapan hari udah ada pengumuman finalis, nama bu
Sum kagak ada.”
“Wes nomor orangnya berapa? Tak minta orangku aturin ae dia
umroh.”
“Serius Keeem?”
“InsyaAllah serius. Nomor telponnya piro? #Mumpung tangi
turu. #Siangan dikit laen lagi
JREEENGGG!! Dan, bulan November 2018 lalu, Ibu
Sumirah—tukang pijat yang punya panti asuhan sederhana di Rungkut,
Surabaya—berangkat umroh.
Memenuhi panggilan Sang Pemilik Semesta, dengan difasilitasi kemurahan hati Kemchi, temen kuliahku yang lamaaaaaa banget nggak pernah interaksi.
Siapa yang menggerakkan hati Kemchi? Tentulah ALLAH Sang
Maha Besar.
Apa yang membuat Kemchi tertarik untuk mengumrohkan Ibu Sum?
Karena ALLAH menggiring Kemchi untuk membaca artikel yang aku tulis dengan
sepenuh jiwa.
***
Kalau mood ngeblog lagi ndelosor, aku buka lagi chat yang
dikirimkan oleh Ibu Sum:
Assalamualaikum, semoga berkah dan rahmat senantiasa
terlimpahkan kepada Ibu Nurul sekeluarga. Terima kasih banyak atas semua
kebaikan dan jariyah Bapak Kemchi, yang sudah membiayai pemberangkatan umroh
saya. Semoga Allah melipatgandakan berkah dan pahala.
Kagem Bapak Kemchi sekeluarga, semoga senantiasa
dikaruniai kesehatan dan keselamatan. Semoga usahanya bertambah lancar dan
barokah. Selamat dunia akherat. Aamiiin. Sumirah – Panti Asuhan Amanah.
Masih merinding banget… masih nggak percaya, kalau ternyata
takdir Allah demikian indahnya.
Aku selalu percaya, ALLAH punya skenario dan maksud extraordinary
tatkala menugasi kita sebagai khalifah fil ardl alias pemimpin di muka
bumi.
Menjadi blogger, misalnya. Apabila kita maknai dengan
sepenuh jiwa, maka kita pun bisa menjelma menjadi blogger “di atas rata-rata”.
Aneka pencapaian duniawi bisa kita gapai… begitu pula dengan target akherat!
Heiii, bukankah “menjadi jalan narasumber berangkat ke tanah suci” bisa
dibilang salah satu achievement yang (insyaAllah) berkontribusi untuk
kampung akheratku?
***
Berbagi kebahagiaan, sharing and spread the happiness!
Itulah sesungguhnya yang menjadi tagline, nyawa, jiwa, dan nafas tiap blogger.
Berbagi apapun, asal sesuatu yang positif dan kontributif.
Jangan terpaku pada hitung-hitungan matematika ala manusia,
”Emangnya kalau aku begini, apa untungnya?” Wah… justru menjadi blogger adalah
sebuah kesempatan intan berlian (bukan sekedar emas) supaya kita bisa menggapai
salah satu sedekah jariyah! Yes, sedekah lewat ilmu. Ilmu yang bermanfaat dan
terus ditularkan. InsyaAllah, pahalanya akan mengalir terus, kendati kita telah
berpulang.
Maka dari itu, “semangat berbagi” adalah bahan bakar yang
mengisi hari-hariku sebagai blogger.
Aku mengisi workshop seputar menulis dan social media untuk
para penerima Beasiswa BI. Bersama Siberkreasi dan Kemenkominfo, aku juga jadi
pemateri terkait menulis di kancah digital. Aku juga diamanahi Tim HRD Terminal
Teluk Lamong untuk mengisi workshop “How to Manage Social Media” bagi
karyawan millennials di sana.
Menjadi pemateri di SMA Wachid Hasyim Surabaya, bareng tim Siberkreasi.id (Kemenkominfo)
Wow…. It’s amazing!!
Tentu buanyaaak banget momen indah selama aku menjadi
blogger. Yang paling cethar menggelegar, tentu saja, ketika aku terpilih
sebagai delegasi Indonesia dalam Google Local Guides Summit yang berlangsung di
San Francisco California, Amerika Serikat!
Aku (dua dari kiri) bersama delegasi Indonesia di ajang Google Local Guides Summit yang berlangsung di San Francisco California, Amerika Serikat
***
Tahun 2025, Mau Apa?
Yang pasti, tiga hal yang bakal kujadikan mantra dalam
ngeblog di tahun mendatang.
(1). Always Share and Spread Happiness!
(2). Jangan Selalu Terbelenggu dengan Angka
(3). Blogging is Marathon
***
(1). Always Share and Spread Happiness!
Tahu sih, bahwa manusia itu terdiri dari dua rasa sekaligus:
positif dan negatif. Film “Inside Out” sudah menjelaskan dengan sangat apik
mengenai hal ini. Aku juga embrace all positive and negative feelings dalam
diri. Ada saatnya aku marah, kecewa, dengki, sirik, dll. Tapiiii, nggak perlu
ditulis di socmed ataupun blog dong yaaaa.
Aku berusaha keras untuk melakukan kurasi sekuat tenaga,
agar artikel yang tersaji hanya menguarkan aura positif. Berbagi sesuatu yang
kontributif. Yaaa, sesekali curcol boleh lah, tapi balik lagi, semuanya kudu
disampaikan secara positif.
Kenapa?
Karena aku percaya, tulisan itu punya daya magis tersendiri.
Kita tidak pernah tahu, apa efek yang menimpa orang lain setelah baca tulisan.
Nah, ketimbang ‘menjejali’ pembaca dengan pengalaman yang menyesakkan, ada
baiknya semangat always share and spread happiness yang kita kedepankan!
Tapi, Kak…. Kadang netizen malah sirik lho, kalau kita
posting happy-happy melulu? Kesannya hidup kita kok bahagiaaaaaa terus, dan
netizen penuh ujian dalam hidup.
Kalau tentang ini, ada prinsip yang aku pegang kuat: Kita
bertanggung jawab atas konten yang kita tulis, tapi kita tidak bertanggung
jawab atas persepsi/interpretasi orang lain terhadap tulisan kita.
Tips lainnya adalah, kita tuliskan hal-hal bahagia, tapi
tidak dengan semangat pamer. Melainkan, semangat untuk mengajak orang lain
untuk merasakan hal serupa. Misalnya nih, tatkala aku berkesempatan ikut Google
Local Guides Summit di Amerika Serikat, postingan yang muncul adalah seputar
TIPS supaya teman-teman juga bisa lolos seleksi dan merasakan keseruan yang
sama.
Yaaaa, walaupun bisa jadi satu dua orang merasa aku lagi pamer, ya sutralaaahh. Balik lagi ke prinsip yang aku share barusan: Kita bertanggung jawab atas konten yang kita tulis, tapi kita tidak bertanggung jawab atas persepsi/interpretasi orang lain terhadap tulisan kita.
(2). Jangan Selalu Terbelenggu dengan Angka
Berapa DA/PA (Domain/Page Authority) blog?
Berapa traffic-nya?
Berapa yang comment?
Berapa yang nge-share?
Kalau di-googling ada di page berapa?
Sponsored job sebulan dapat berapa?
Wah… kayaknya fee kamu nggak segede blogger yang onoh ya?
Uhuuuk!! *batuk* Familiar dengan kalimat di atas? Tahu dan
paham banget kok, kalau sebagai blogger, mau tidak mau kita kudu kerja keras
sekuat tenaga untuk bisa menghasilkan performa score blog yang oke. Saya pun
berjuang setiap hari, agar scale up! Pasti ada sejumlah blogger panutan, yang
ngehits, yang DA/PA tinggi, yang nominal job review-nya bisa untuk DP rumah di jantung
kota Surabaya.
Akan tetapi……. Kalau SEMUA HAL harus terus-menerus diukur
dengan angka, statistik, dan sebangsanya, tidakkah lelah yang justru mendera?
Lelah batin banget, lho, sist and bro.
Saking “ambisi”-nya meraup angka statistik, terkadang aku
menulis dengan “hampa rasa”. Tidak ada “ruh” yang bergumul dalam gumpalan diksi
dalam blog. Kalau ini terjadi sesekali, mungkin tidak mengapa. Tapiiii, heiii….
deraan deadline yang begitu ketat, tuntutan angka demi angka yang menjerat,
sepertinyaaa……. Harus ada yang saya ubah!
TIDAK SEMUA HAL kudu diukur dengan angka. Yap, saya
tentu masih berjibaku dengan statistik blog dan aneka turunannya itu. Akan
tetapi, ayolah…. Tulisan yang digoreskan dari hati, niscaya akan sampai ke hati
pembaca. Saya sudah lamaaaaaa banget tidak memproduksi artikel penyejuk jiwa.
Sungguh rindu bisa menghadirkan postingan semacam ini.
Bismillah. Semoga di tahun 2025, aku lebih banyak cerita
tentang human interest, hal-hal “sepele” di sekitar, tapi bisa memberikan
insight mendalam. Jangan melulu berkutat dengan angka!
(3). Blogging adalah Maraton
Pernah ikut lari marathon? Saya sih, belum 😀
Tapi, beberapa sahabat saya kerap ikut lari marathon, bahkan sampai ke Jepang
segala.
Kata mereka, marathon itu bedaaaaaa jauh dengan sprint *ya
iyalah*. Untuk bisa sukses finish strong di marathon, dibutuhkan pengendalian
diri, emosi, fisik, dan semuanya harus stabil. Tidak boleh gampang salah fokus.
“Bahkan banyak yang meragukan kemampuanku untuk marathon. Suara-suara sumbang
itu jangan didengerin! Kita harus fokus untuk
lari dengan senang dan sehat selamat bahagia sampai garis finish,”
begitu kata sahabat saya. Intinya, harus
konsisten.
Yep, saya menganalogikan blogging adalah marathon. Butuh
“nafas yang kuat dan panjang”. Butuh semangat dan kemauan untuk latihan,
mengonsumsi makanan bernutrisi, dan sikap “ndableg” agar kita tidak terpengaruh
dengan omongan orang lain. Jangan dengarkan suara sumbang. Terus focus dan be
happy ketika berkecimpung di dunia blogging!
***
To sum up, begitulah dunia blogger dan segala dinamika yang
ada di dalamnya. Terima kasih ISB sudah menghelat ajang ini. Tentu banyak PR
yang harus terus kita hadapi, manakala ingin menjadi a better version of me
di kancah blog. Aku akan menjalaninya dengan sepenuh jiwa. Menghindari energi
negatif, berupaya sekuat tenaga untuk menebarkan positive vibes lewat konten
blog.
Happy Blogging, semuanyaaaaa! (*)
seru banget.. aku paling ingat gong mba Nurul pas ke Amrik! Impian banget, aku juga pengen bisa ke Amrik dari blog.
BalasHapus