Strategi Investasi untuk Kelola Dana Haji

Halo teman-teman.

Beberapa dari kita barangkali udah dengar atau baca seputar wacana pengelolaan dana haji untuk proyek infrastruktur di tanah air kan? Yap, pastinya muncul banyak kontroversi. Ada yang pro, juga ada yang kontra. Ini biasa banget dong, dalam hidup.

Project Infrastruktur 

Nah, di penghujung tahun 2017 ini, Badan Pengelola Keuangan Haji (Lembaga pengelola dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji- BPIH) sedang menyusun profil investasi dan resiko sebagai road map investasi dana haji dalam proyek infrastruktur, yang rencananya bakal mulai dieksekusi tahun depan.

Dana BPIH ini mencapai Rp 95,5 triliun , sedangkan Dana Abadi Umat (DAU) senilai Rp 3 triliun. Saat ini, 65 triliun dana BPIH tersimpan dalam bentuk deposito, sedangkan 30,5 triliun sisanya diinvestasikan dalam Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Profil investasi dan resiko ini disusun sembari menunggu terbitnya sejumlah regulasi, seperti Peraturan Presiden dan Peraturan Pemerintah, yang menjadi payung hukum tata kelola Lembaga tersebut. Sekaligus menunggu pengalihan dana kelolaan haji dari Kementerian Agama kepada BPKH yang baru dapat dilakukan setelah kedua beleid terbit.

Dalam frum “Investasi Keuangan Haji”, tim BPKH meminta Top 5 list proyek infrastruktur yang 100% operasional. Sejumlah pemegang proyek hadir dalam kesempatan ini, yaitu CEO PINA (Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah) Ekoputro Adijayanto, Direktur Keuangan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Donny Arsal.

Investasi dana haji dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, keamanan dan berdasarkan nilai manfaat dan azas Syariah. Pengelolaannya jangka Panjang, tapi harus menghasilkan keuntungan tetap atau fixed income.

Ada sejumlah opsi investasi baru. Di antaranya, rencana pembangunan sarana dan prasarana seperti hotel di Arab Saudi, dengan menggandeng kontraktor nasional. Atau, investasi melalui instrument Syariah. Atau, investasi langsung melalui ekuitas badan usaha infrastruktur.

Donny Arsal merekomendasikan BPKH untuk menyusun arah investasi yang bersifat kombinasi atau multiple investment, sehingga bisa memadukan imbal hasil tahunan dengan hasil yang bersifat jangka Panjang atau tahun jamak.

CEO PINA Ekoputro Adijayanto mengatakan, Indonesia dapat belajar pada Lembaga Tabung Haji Malaysia (LTHM) yang telah berdiri sejak 1963, dan menjadi acuan internasional untuk praktik terbaik pengelolaan dana haji di dunia.

Dengan profil investasi yang lumayan agresif total asset LTHM per 2016, berkisar di angka 210 triliun, dengan rata-rata keuntungan bersih mencapai 9 triliun dalam 5 tahun terakhir, dan pertumbuhan asset rata-rata 11 % per tahun.

Dengan demikian besaran keringanan yang diberikan dari LTHM yang wajib dibayarkan Jemaah haji sebesar 47%.

Pertanyaannya, mampukah BPKH menduplikasi kesuksesan yang diraih LTHM? Semangaaaattt, wahai BPKH!(*)