Lagi Diremehkan? Ini Tips Supaya Tetap Semangat!
Oke, postingan ini sekalian buat numpang curhat.
Gini ya manteman. Kita semua sepakat dong, bahwa hidup ini pada hakikatnya adalah sebuah kompetisi yang tak kenal henti. Bahkan, untuk menjadi embrio bayi pun, sperma-sperma itu saling berkompetisi supaya bisa membuahi ovum. Cari di youtube deh, videonya. Buanyaak banget! Dan pada akhirnya, kita tahu, bahwa setiap anak manusia itu adalah PEMENANG. Ya iya dong, karena sedari awal, sejak ia berupa calon bayi, sudah melewati proses kompetisi di dalamnya.
Weeeee aree the Champioooon, my frieeendssssss......!
*setel kenceng lagunya Queen*
Dalam kehidupan sehari-hari pun, kita pastinya tak lepas dari upaya berkompetisi.
Cari tempat duduk di KRL? Wah, itu kompetisi banget!
Para sopir taxi online cari penumpang? Yeah, kompetisi juga
Dan berbagai kompetisi lainnya, ye kan.
Saya sendiri juga beberapa kali terlibat dalam kompetisi, termasuk aneka lomba, baik yang memperebutkan hadiah pulsa seuprit (buat seneng2an doang) sampai lomba serius yang hadiahnya bikin jedat-jedut-ga-keruan hahaha.
Salah satu (so-called) kompetisi yang saya ikuti adalah.... enggghh... ngga usah saya sebutin nama kompetisinya kali ya.
Pokoke, intinya ini adalah sebuah lomba yang memperebutkan hadiah amat prestisius. Sebuah mimpi yang sudah terajut sejak di bangku SD.
Dan, Maha Besar Allah yang (insyaAllah) akan memperjalankan saya untuk menikmati impian itu, beberapa bulan lagi.
Oke, clue-nya adalah hadiah prestisius. Konon diperebutkan oleh ribuan orang dari berbagai negara. Yep, ini kontes level dunia.
Sedari awal, saya ikut kontes ini (secara online) dengan semangat nothing to lose. Saya submit semua persyaratannya, saya ikuti semua kemauan panitia lomba. Tapi... saya pun sadar diri, bahwa over-confident ini deket banget ama sombong bin jumawa. Maka, saya memilih untuk bersikap, "Kalau menang, Alhamdulillah... kalau kalah, maka Allah Maha Besar, jauh lebih besar dari kecewa atau sedih yang saya rasa."
Itu saja.
So...ketika saya dapat pengumuman, bahwa saya adalah satu dari 5 warga Indonesia yang menang kontes itu... masya Allah.... rasanyaaaaaaa..... I dunno how and what to say.
Bersyukur... bahagia.... terharu... dan..... merasa kerdil.
Saya ini, kerdil sekali.
Ibadah saya nggak ada apa-apanya.
Amalan saya segitu-gitu aja.
Tapi Allah Maha Baik
Amat Sangat Maha Pemberi Rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Sungguh......
Saya terpuruk dalam sujud yang panjang.
Semoga ini berkah
Semoga hadiah ini memberikan banyak kebaikan.
Bi idznillah....
***
Kemudian, kami kian aktif di komunitas penyelenggara lomba. Bolak-balik ikut diskusi, ataupun bikin thread baru di sana.
Hingga pada suatu hari, ada rasa nyeri yang menjalar di ulu hati. Manakala, beberapa peserta "komplain" kepada panitia.
Kenapa yang menang justru orang-orang itu?
Kenapa para peserta dengan riwayat kontribusi yang amat tinggi, justru tidak terpilih sebagai pemenang?
Apa pertimbangan panitia memilih si anu dan si itu?
Mengapa ada kesan tidak profesional dalam metode pemilihan pemenang?
Dan yang lumayan menyakitkan adalah...... salah satu yang mengajukan "protes" itu adalah rekan kami juga. Yang sama-sama berasal dari Indonesia :)
Kurang lebihnya, dia merasa bahwa ada 2 elemen representasi Indonesia yang (menurut ia dan beberapa teman2nya) "AJAIB" hingga sampai terpilih dalam kontes ini.
Mengapa ajaib?
Karena sebelumnya nggak pernah beredar di forum komunitas
Nggak pernah terlibat di ajang meet up atau apapun itu
Lah, kenapa bisa kepilih?
Kenapa yang super-duper-aktif malah nggak kepilih?
Salah satu kawan saya sempat "terpancing" dengan komplain ini.
"Oh, jadi kamu nggak terima bro, kalau kami terpilih sebagai pemenang dan ikutan menikmati hadiah?"
Waaaah, pokoknya grup WA jadi "meriah", euy!
Thanks God, ketika conversation itu berlangsung, saya lagi ngaji. Atau lagi tidur yak? Oh, tepatnya lagi ngaji, lalu ketiduran hahahahah :D
Saya baru buka chat ketika sudah mencapai 80-an chat, dan yaaaaa... emosinya udah cooling down semua sih.
Hamdalah :)
***
Basically, saya ini termasuk orang yang cuek. Yaaaa... kalau ikut lomba, tentu saja sama kayak peserta lain, saya juga berharap kemenangan. Tapi, kalo takdir berkata saya kalah, ya udah. Saya pasrah gitu aja sih. Oh, berarti bukan rejeki saya. Dan, sekarang waktunya membuka pintu rejeki yang lain. Sesimpel itu.
Maka.... apabila saya "diberondong" protes, komplain, tudingan apapun itu namanya yang menegaskan bahwa saya tidak layak jadi salah satu pemenang.... yang saya lakukan adalah.....
1). Tarik nafas dalam-dalam
2). Hembuskan
3). Keluarkan lewat belakang (ddduuuuut! Loh, kok kentut? Hahahaha)
4). Stay woles, tarik napas lagi
5). Buka aplikasi Zalora, dan siap-siap shopping! Yeah, because I do believe, shopping is the best theraphy. Apalagi kita bisa dapat koleksi fashion terbaik di Zalora!
Coba Lihat Baju Lebaran di sini yak
Yep. Sesimpel itu. Kalau masih ada rasa kecewa, mangkel, nggerundel karena merasa "di-dzolimi" dianggap nggak layak, dan sebagainya.... so... periksa hati kita. Tak perlu merasa kecewa karena omongan manusia. Yang perlu kita pertanyakan adalah, Allah ridho atau tidak? Udah, itu aja.
Dan, quote dari sahabat Rasul, Ali bin Abi Tholib, sungguh mujarab untuk menyembuhkan hati yang lara :)
THIS!
Berbu
Gini ya manteman. Kita semua sepakat dong, bahwa hidup ini pada hakikatnya adalah sebuah kompetisi yang tak kenal henti. Bahkan, untuk menjadi embrio bayi pun, sperma-sperma itu saling berkompetisi supaya bisa membuahi ovum. Cari di youtube deh, videonya. Buanyaak banget! Dan pada akhirnya, kita tahu, bahwa setiap anak manusia itu adalah PEMENANG. Ya iya dong, karena sedari awal, sejak ia berupa calon bayi, sudah melewati proses kompetisi di dalamnya.
Weeeee aree the Champioooon, my frieeendssssss......!
*setel kenceng lagunya Queen*
Ke Thailand gratis, karena menang kompetisi nulis |
Dalam kehidupan sehari-hari pun, kita pastinya tak lepas dari upaya berkompetisi.
Cari tempat duduk di KRL? Wah, itu kompetisi banget!
Para sopir taxi online cari penumpang? Yeah, kompetisi juga
Dan berbagai kompetisi lainnya, ye kan.
Saya sendiri juga beberapa kali terlibat dalam kompetisi, termasuk aneka lomba, baik yang memperebutkan hadiah pulsa seuprit (buat seneng2an doang) sampai lomba serius yang hadiahnya bikin jedat-jedut-ga-keruan hahaha.
Salah satu (so-called) kompetisi yang saya ikuti adalah.... enggghh... ngga usah saya sebutin nama kompetisinya kali ya.
Pokoke, intinya ini adalah sebuah lomba yang memperebutkan hadiah amat prestisius. Sebuah mimpi yang sudah terajut sejak di bangku SD.
Dan, Maha Besar Allah yang (insyaAllah) akan memperjalankan saya untuk menikmati impian itu, beberapa bulan lagi.
Oke, clue-nya adalah hadiah prestisius. Konon diperebutkan oleh ribuan orang dari berbagai negara. Yep, ini kontes level dunia.
Sedari awal, saya ikut kontes ini (secara online) dengan semangat nothing to lose. Saya submit semua persyaratannya, saya ikuti semua kemauan panitia lomba. Tapi... saya pun sadar diri, bahwa over-confident ini deket banget ama sombong bin jumawa. Maka, saya memilih untuk bersikap, "Kalau menang, Alhamdulillah... kalau kalah, maka Allah Maha Besar, jauh lebih besar dari kecewa atau sedih yang saya rasa."
Itu saja.
So...ketika saya dapat pengumuman, bahwa saya adalah satu dari 5 warga Indonesia yang menang kontes itu... masya Allah.... rasanyaaaaaaa..... I dunno how and what to say.
Bersyukur... bahagia.... terharu... dan..... merasa kerdil.
Saya ini, kerdil sekali.
Ibadah saya nggak ada apa-apanya.
Amalan saya segitu-gitu aja.
Tapi Allah Maha Baik
Amat Sangat Maha Pemberi Rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Sungguh......
Saya terpuruk dalam sujud yang panjang.
Semoga ini berkah
Semoga hadiah ini memberikan banyak kebaikan.
Bi idznillah....
***
Kemudian, kami kian aktif di komunitas penyelenggara lomba. Bolak-balik ikut diskusi, ataupun bikin thread baru di sana.
Hingga pada suatu hari, ada rasa nyeri yang menjalar di ulu hati. Manakala, beberapa peserta "komplain" kepada panitia.
Kenapa yang menang justru orang-orang itu?
Kenapa para peserta dengan riwayat kontribusi yang amat tinggi, justru tidak terpilih sebagai pemenang?
Apa pertimbangan panitia memilih si anu dan si itu?
Mengapa ada kesan tidak profesional dalam metode pemilihan pemenang?
Dan yang lumayan menyakitkan adalah...... salah satu yang mengajukan "protes" itu adalah rekan kami juga. Yang sama-sama berasal dari Indonesia :)
Kurang lebihnya, dia merasa bahwa ada 2 elemen representasi Indonesia yang (menurut ia dan beberapa teman2nya) "AJAIB" hingga sampai terpilih dalam kontes ini.
Mengapa ajaib?
Karena sebelumnya nggak pernah beredar di forum komunitas
Nggak pernah terlibat di ajang meet up atau apapun itu
Lah, kenapa bisa kepilih?
Kenapa yang super-duper-aktif malah nggak kepilih?
Salah satu kawan saya sempat "terpancing" dengan komplain ini.
"Oh, jadi kamu nggak terima bro, kalau kami terpilih sebagai pemenang dan ikutan menikmati hadiah?"
Waaaah, pokoknya grup WA jadi "meriah", euy!
Thanks God, ketika conversation itu berlangsung, saya lagi ngaji. Atau lagi tidur yak? Oh, tepatnya lagi ngaji, lalu ketiduran hahahahah :D
Saya baru buka chat ketika sudah mencapai 80-an chat, dan yaaaaa... emosinya udah cooling down semua sih.
Hamdalah :)
***
Basically, saya ini termasuk orang yang cuek. Yaaaa... kalau ikut lomba, tentu saja sama kayak peserta lain, saya juga berharap kemenangan. Tapi, kalo takdir berkata saya kalah, ya udah. Saya pasrah gitu aja sih. Oh, berarti bukan rejeki saya. Dan, sekarang waktunya membuka pintu rejeki yang lain. Sesimpel itu.
Maka.... apabila saya "diberondong" protes, komplain, tudingan apapun itu namanya yang menegaskan bahwa saya tidak layak jadi salah satu pemenang.... yang saya lakukan adalah.....
1). Tarik nafas dalam-dalam
2). Hembuskan
3). Keluarkan lewat belakang (ddduuuuut! Loh, kok kentut? Hahahaha)
4). Stay woles, tarik napas lagi
5). Buka aplikasi Zalora, dan siap-siap shopping! Yeah, because I do believe, shopping is the best theraphy. Apalagi kita bisa dapat koleksi fashion terbaik di Zalora!
Coba Lihat Baju Lebaran di sini yak
Yep. Sesimpel itu. Kalau masih ada rasa kecewa, mangkel, nggerundel karena merasa "di-dzolimi" dianggap nggak layak, dan sebagainya.... so... periksa hati kita. Tak perlu merasa kecewa karena omongan manusia. Yang perlu kita pertanyakan adalah, Allah ridho atau tidak? Udah, itu aja.
Dan, quote dari sahabat Rasul, Ali bin Abi Tholib, sungguh mujarab untuk menyembuhkan hati yang lara :)
"Jangan Menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak membutuhkan itu, dan yang membencimu tidak akan percaya hal itu."
THIS!
Berbu
Komentar
Posting Komentar