Sepercik Rasa yang Menguar Tatkala di Bandara

Kalau ditanya, apa perasaan saban bertandang ke Bandara, Stasiun atau Terminal Bus, mungkin jawaban tiap orang akan berbeda. Begitu pula dengan saya. Tatkala masih menjadi corporate slave di Perusahaan multinasional, saya selalu menganggap Bandara itu kayak tempat singgah aja. Saking seringnya naik pesawat, boo. Senin berangkat ke Jakarta, Rabu ada tugas ke Jogja, Jumat otw Medan muterrrr gitu terus udah biasa. Sampai-sampai ada sodara saya yang nyeletuk, “Mba Nurul nih naik pesawat udah kayak naik angkot aja, wkwkwkw….”



Iyep, sekian tahun silam. Semua terasa biasaaaa aja. Ya walopun kadang ada “drama jelang take off”, yang salah gate-lah, atau ketiduran di ruang tunggu Garuda 😊 Perasaan saya nggak ada something special, karena menuju Bandara, naik pesawat, dan seterusnya, itu adalah rangkaian kegiatan yang kudu dijalani, demi karir yang mulus wkwkw. 

Hingga pada suatu hari, pesawat Garuda Indonesia rute Jakarta – Jogja mengalami musibah mendarat darurat, sehingga menyebabkan bodi pesawat terbakar habis, penumpang berlarian menyelamatkan diri, ada yang luka-luka, bahkan ada yang meninggal juga. Beberapa di antara penumpang itu adalah kolega saya satu kantor

Sejak saat itulah, saya tak lagi memandang naik pesawat adalah sesuatu yang “biasa aja”. Saya memandang naik pesawat adalah ‘perjalanan yang entah’. Entah bakal lancar, atau ada kendala. Entah bakal ketemu penumpang yang rese atau justru sebaliknya. Entah kita bakal enjoy, atau justru tersiksa. Entah bakal mendarat dengan selamat, atau yeahhh….

Semuanya serba misterius. Cuaca cerah tidak selalu berbanding lurus dengan perjalanan pesawat yang lancar jaya.

Pesawat berbodi kokoh dan besar, tidak menjamin kestabilan tatkala melawan turbulensi.

Jenama pesawat yang super duper paripurna, bukan garansi bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ingat insiden Singapore Airlines beberapa waktu lalu, kan?

Intinya, tatkala berada di Bandara, entah untuk terbang sendiri… atau mengantar sanak famili…. Kini saya sibuk merapal doa. Berharap Allah memberikan takdir terbaik bagi kami. Safar yang penuh berkah. Iman yang terus menghunjam dalam jiwa. Bermohon perjalanan aman, nyaman, menyenangkan, semua baik-baik saja, tidak ada dokumen/ barang yang ketlisut, doa doa dan doa. Senjata kaum beriman yang tak boleh kita remehkan. (*)

 

 

Komentar

  1. JKT Jogja yg mendarat di sungai solo ya mba?? Akh ikutin tuh beritanya. Seingetku 1 orang yg meninggal, pramugari nya.

    Atau case yg lain lagi?

    Samaaa. Aku tuh dengan bandara feeling-nya nano2. Aku suka terbang, aku suka cium aroma bandara, melihat kecanggihan bandara di negara lain atau malah sederhananya suatu bandara di kota terpencil.

    Tapj di satu sisi aku juga takut. Takut kalo kenapa2, Krn walopun pesawat salah satu moda transportasi yg aman, tp ga bisa dipungkiri sekali kecelakaan kemungkinan besar ya tewas.

    Untungnya rasa takut yg dirasain masih lebih kecil dibanding excitement yg aku rasain pas naik.

    BalasHapus
  2. Wahh. Kalo dulu waktu kecil, naik pesawat itu udh top bgt kayak artis wkwkw. Daku aja baru sekali, itupun penerbangan lokal.

    Memang betul ya mbak kudu doa terus baik di darat maupun udara.

    Omong2 tentang bandara, 2 adikku kerja di bandara dan memang ketaat, demi safety penumpang.

    Baru sadar ini blog yg satunya yaaa bukan yg bukan bocah biasa?

    BalasHapus
  3. Terbayang jelas banget, kalau memang full urusan kantor dan sering di lakukan serasa kayak rutinitas ya mba. Lain hal saat pertama kali naik pesawat, rasanya girang dan deg-degan. Semenjak ada hal yang mengerikan terkait pesawat secara gak langsung mengubah cara memandang perjalanan melalui jalaur udara ini, penuh misteri dan memang kudu banyakin doa semoga selamat sampai tujuan..
    Semua ada hikmah dan pembelajaran berharga, bahkan dari kedukaan sekalipun.

    BalasHapus
  4. Terkadang ketika sibuk dunia melanda, kita memang sering terbuai mbak. Lupa bahwa kematian bisa datang kapan saja, lebih dekat dari apapun di dunia. Maka ya memang jangan pernah lupa berdoa, minta diberikan keselamatan dan keberkahan dalam setiap usaha.

    Dan itu ga cuma di pesawat doang ya. Transportasi apapun, dimanapun ya mesti begitu ehehehe

    BalasHapus
  5. Kemana pun memang jadi was-was.
    Tapi ini hembusan syaithan untuk membuat hamba Allah jadi over. Sebaiknya memang mau berkendara menggunakan apa pun, tetap ingat Allah.

    Akhir-akhir ini tapi aku melihat makna "bepergian" atau travelling ini jadi ajang yang Allaah beri kesempatan untuk kita belajar banyak hal. Tak terkecuali berdoa berbagai hajat yang diinginkan. In syaa Allaah tiga doa yang mustajab, doa orangtua, doa musafir, dan doa dari orang yang teraniaya.

    BalasHapus
  6. Aku pernah merasakan gempa saat berada di laut, wah itu luar biasa...
    Aku ngga berpikir ada gempa, ngga ada signal juga sehingga nggak tau info apapun. Saat di kapal rasanya ombak itu mengocok perut...
    Alhamdulillah bisa sampai dengan selamat... Ketika sudah dapat signal lagi, banyak notifikasi pesan dan missed call, ternyata keluarga aku pada nyariin dan berusaha kontak begitu lihat berita ada gempa besar di tempat aku traveling...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersyukur

Aturan Sosial

Berdaya dan Berkarya Bareng Komunitas IIDN