Belajar dari Kesalahan Orang Lain
Belakangan ini saya tuh punya kebiasaan yang rada aneh 😊
Orang kalo kulineran kan berburu makanan atau buat
foto-foto/ video di socmed yak. Kalo eikeh, kagak. Tujuan aku ke warung tuh
buat dengar obrolan meja sebelah 😊
Biasanya di warung bakso/pangsit mie ayam, adaaaaa aja,
pengunjung yang punya obrolan seruuu, dan bisa jadi bahan pembelajaran
*ceileehh
Iya lho.
Contoh nih contoh. Beberapa waktu lalu, aku makan bakso di
Warung Cak Roni. Datang sendirian, dong. Kelar pesan, bakso diantar. Sambil
nunggu kuah rada berkurang panasnya, saya jepret jepret kondisi warung.
Mayaann, kapan-kapan bisa taruh di blog, atau yeah di-review di Google Map lah.
Tak lama kemudian, ada geng emak-emak cihuy datang.
Jilbabnya gonjreengg, mirip ama warna merah merona yang biasa eikeh pakai 😊
Dah, para emak tadi juga pesan menu bakso, mie ayam, es teh,
es jeruk, rameee banget lah! (ya kebayang lah yaaa, gimana sih kalo emak emak
pada ngumpul? Ga mungkin ga rame kan? )
Kuah bakso saya udah rada anget, nih. Seruput satu sendok,
lahh….
“Eh, gimana siiihh, Bu Sinta ituu, kan udah dibilangi kalo
kita tuh bukannya diem-dieman ama dia, kok dia su’udzon aja bawaannya, bikin
mangkel aeee!”
Srupuuutt, bahan ghibah udah ada nih gaes :P
“Ya kan sampeyan bisa bilang langsung aja Buuu, kalo kita
bisa datang ke acara itu karena ada UNDANGAN dari koordinator di kecamatan.
Orang-orangnya kan udah dipilih.”
“Trus, nama dia nggak ada di daftar undangan itu kan? Ya
memang terbatas dong, nggak mungkin ngundang semua aktvis PKK.”
Srupuuuttt, oh jadi ini geng ibu-ibu PKK, yang mana sempat
ada undangan (entah acara apa) trus salah satu member-nya ngerasa ditelikung
karena heyyy, kenapa akoh tidak diundang jugaaaakkkk
Gitu kali ya scenario kejadian di gengs buibuk enih.
Aku masih sibuk mengunyah pentol, tentunya sembari menyimak
perbincangan mereka. NGUPING? Ya enggaklaaahhh, ha wong suara rumpiannya cethar
menggelegar bagai nelen toa :D Jelasssss maksimal wkwkwkw.
Tapiii, dari obrolan/ rumpian para Emak itu ofkorrss bisa
kita ambil pelajaran/ hikmahnya *ehemm
Bahwa, Namanya interaksi dengan manusia itu memang super
duper njelimett binti ribeett 😊
Kita kudu bisa menjaga hati, memastikan bahwa (kalau bisa)
tidak ada yang tersakiti dengan apapun keputusan yang diambil.
Apakah bisa? Hmm, it’s easier said than to be done. Gampil
diucapin, tapi mayan berat dilakoni sih.
Tapi bukan berarti mustahil. Contoh di kasus geng ibu-ibu
PKK tadi. Ketimbang diem-diem bae, IMHO ada baiknya, untuk urusan undangan itu
disampaikan secara gentle, dan baik-baik.
Misal nih… Ketua PKK bisa dong kasih pengumuman, either
offline atau di WA grup. Sampaikan saja, bahwa ada Undangan tanggal sekian jam
sekian. Yang diundang untuk mewakili PKK hanya 10 orang. Setelah melalui
diskusi dengan pak RT/ RW atau pengurus PKK, maka diambil kesimpulan, bahwa
yang akan hadir mewakili adalah: Ibu ini, itu, yang onoh, yang ituh…. Dengan
pertimbangan bahwa ibu-ibu itu memegang seksi tumbuh kembang anak,
kesejahteraan warga, dll. Yang mana ini relevan dengan topik acara tersebut.
Nantinya apa yang disampaikan di acara akan dibuat notulen-nya dan di-share di
WA Grup ini.
See?
(relatif) gampil dan engga bikin sakit hati kan? So, buibu
yang engga terpilih bisa legowo. “Oh iyaaa, wajar kalo aku ngga ikutan karena
aku kan sie karang taruna, misalnya.
Next time, kalo ada undangan lagi, ya bisa lahhh aku yang
mewakili.
Kek gitu lah.
So, itu cerita aku belajar dari kesalahan orang lain. Kalian
ada cerita juga kah? Cuss, komen ya!
Komentar
Posting Komentar